SEMANGAT GOTONG ROYONG ANTAR UMAT BERAGAMA DESA PANCASILA, DI DESA KARANGSARI

Blog Single

Oleh : Ma’rifatun Ni’mah (1840310046)

marifatunnimah65@gmail.com

 

Agama dalam pengertian sosologi merupakan pandangan hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Keduanya memiliki hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu bagian dengan bagian lainnya. Agama berperan penting dalam kehidupan manusia dan masyarakat. Lingkungan sosial juga menentukan bagaimana agama, ini menjadi instrumen yang menggerakkan masyarakat. Oleh karena gama dipandang sebagai urusan atau pilihan masing-masing individu dan tidak terkait dengan pihak lain. Seseorang yang beragama justru akan memperkuat ikatan sosial dengan masyarakat dan tidak akan mengisolasi diri, serta merusak hubungan dengan keluarga yang dimiliki

Kehidupan masyarakat pula tidak lepas dari adanya gotong royong, hampir seluruh daerah di Indonesia menanamkan gotong-royong dalam berbagai kegiatan. Gotong royong merupakan kegiatan sosial yang di lakukan bersama-sama tanpa pamrih untuk meringankan beban yang sedang dikerjakan. Secara konseptual gotong royong dapat diartikan sebagai suatu model kerjasama yang disepakati bersaama. Gotong royong ini tumbuh dari kerpribadian bangsa dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam hidup masyarakat. Sikap tolong menolong dan gotong royong merupakan bentuk penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam sila pancasila, yaitu sila yang ke-3, yang berbunyi “Persatuan Indonesia”.

Di Desa Karangsari terdapat beberapa agama, diantaranya yaitu, agama Islam, Buddha dan Kristen. Gotong royong  antar umat beragama di Desa Karangsari sudah berlangsung dari orang tua terdahulu, kebiasaan seperti ini lah yang sudah melekat dan mudah untuk diteruskan ke generasi berikutnya. seperti pada saat acara-acara tertentu, bahkan dalam acara keagamaan.  tolong menolong dan gotong  royong sudah menjadi kebiasaan dan tanpa membedakan satu dengan lainnya. Masyarakat di Desa Karangsari  saling mengunjungi dan membantu kegiatan keagamaan saudara-saudara agama yang lain.. Yang menjadi unik dari keberagamaan di desa karangsari adalah ketika pada saat pembangunan tempat ibadah, dari semua umat beragama, baik Muslim, Buddha maupun Kristen ikut membantu dalam pembuatannya, mulai dari izin dan dana. Tidak ada perbedaan, claster, mapun bagian-bagian, mereka menjadi satu ketika gotong royong berlangsung. Sekalipun masyarakat mayoritas beragama muslim tetapi tidak menjadi penghalang dalam menjalankan kegiatan sosial.

Pelaksanaan kegiatan agama di Desa Karangsari tidak ada perbedaan. Karena masyarakat tidak memandang agama. Pada saat salah satu agama melaksanakan acara agama yang lain ikut hadir untuk menghormati agama yang lain. Berbaur menjadi satu, makan bersama tanpa membeda-bedakan, namun tetap pelaksanaannya sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing. Misal pada acara walimahan atau sunatan yang mengadakan dari agama Islam, dari umat agama Buddha maupun Kristen pun hadir, kemudian  perayaan hari besar agama, dari masing-masing agama ikut serta membantu dan menghadiri. Bahkan dalam satu rumah mendapati berbeda agama.

Desa Karangsari terletak jauh dari Kabupaten atau Kota Pati, namun cukup populer dengan sebutannya  sebagai  Desa  Pancasila.  Penamaan  itu  bukan  tanpa alasan.  Pemerintah  menetapkan  Desa  Karangsari sebagai  Desa  Pancasila  kerena  masyarakat  di  desa  itu  mampu  hidup  rukun  walaupun  dalam  keberagaman agama. Masyarakat  bisa  hidup    berdampingan,  rukun  dan  gotong  royong  selama  puluhan  tahun  tanpa  melihat  perbedaan keyakinan. Hal ini bisa dilihat dengan adanya bangunan Masjid, Gereja, dan Vihara yang berdiri di satu  lingkungan atau  boleh  dikatakan  berdiri  berdampingan.  Selain  itu,  ada  beberapa  keluarga  dalam  satu  rumah  menganut keyakinan yang berbeda.

Keyakinan berbeda dalam satu tempat atau desa, bukan lah hal biasa yang terjadi di masyarakat. Namun keadaan  itu  tentu  menarik,  sebab  dapat  dijadikan  inspirasi  bagi  daerah-daerah  lain  di  Indonesia.  Pengakuan seperti ini pernah diberikan oleh Ketua Tim Kajian Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Julie Trisnadewani  saat  berkunjung  langsung  di  desa  tersebut.  Menurut  Julie,  Desa  Karangsari  Kecamatan  Cluwak  bak miniatur Indonesia Informasi awal ini perlu digali, sehingga diperoleh informasi tentang bagaimana desa ini mengelola tertib sosialnya secara berkesinambungan, terkhusus relevansinya dengan nilai-nilai spritualitas. Dalam penelitian ini, secara lebih khusus akan dilihat dari sudut umat Buddha.

Share this Post1: